Polemik Rasa
Hai, namaku restiana. Entah bagaimana mereka memanggilku tapi kamu bisa menyapaku dengan sebutan “res, atau resti”aktif di instagram sebagai @restianahatim mungkin kamu bisa lihat, kalau bosan biasanya aku suka berbagi catatanku disana. Ini adalah catatan kedua setelah kemarin aku sedikit bercerita “tentang kita yang berusaha menjadi baik” di blog pertamaku, kamu bisa lihat di bio instagram. Kali ini, aku hanya ingin sedikit bercerita tentang satu pengalaman. Tidak tahu, apakah ini bermanfaat untukmu atau tidak, tapi mauku bacalah dengan pelan semoga banyak makna yang kamu temukan. Happy Reading.
Hikmah dari mencintai.
Dulu membicarakanmu adalah topik paling menarik tapi sekarang sedikitpun sudah tak pernah dibahas lagi pada akhirnya ternyata kita sudah sama-sama lupa tapi tenang saja topik obrolanku bukan lagi tentangmu. Aku bahkan bahagia dengan kesendirianku mencari kesibukan lain hanya agar aku benar-benar tidak lagi mengingatmu kita sudah jauh, kita sudah asing tapi salahkah apabila aku tetap merindumu? meskipun perasaannya kian menghilang, meskipun kita tidak lagi dekat. Namun, setelah tidak denganmu aku belajar banyak hal baru bahwa benar manusia memang begitu datang dan pergi tidak sepantasnya aku berharap lebih padahal itupun belum pasti. Aku menjaga diriku kaupun begitu ini mungkin terlihat tidak baik, tapi menurut Tuhan ini jauh lebih baik, perasaan itu ada tapi tidak untuk diungkapkan jadi, sebenarnya kita ini apa? Aku juga bingung, pun aku tidak tahu bagaimana perasaanmu saat itu . Ujung-ujungnya, tidak saling mengenal. Ada yang datang seakan mendekap banyak harap aku pastikan tidak ada lagi yang tertuai selain hanya ingin berteman, sesimple itu tapi ternyata tidak lagi utuh. Banyak kepingan yang mencoba kutatah rapi ternyata sudah rapuh ditelan ekspetasi, aku harap kamu orang terakhir dan tidak ada yang lain. Tidak menyangka, ternyata masih ada yang ingin menjaga, dulu aku pikir seperti ini dirimu ternyata tidak demikian aku juga bingung bagaimana perasaanmu saat itu? Ada yang bilang, kau memilih berhubungan dengan orang lain, lantas, kata menjaga itu kudapat darimana? Tipuan belaka kah? Satu-satunya manusia yang tidak sama dengan manusia yang lain, tak jarang aku menceritakanmu dalam buku catatanku tapi itu dulu entah mengapa sekarang jadi kuanggap sampah. Hanya ingin bercerita tentangmu, tentang bagaimana aku mencintaimu, bagaimana aku melupakanmu, bagaimana cinta ini membuatku jauh dari Tuhanku. Ada masanya, kita tidak lagi saling sapa cukup yang ku tahu kita adalah teman baik, dan akan terus begitu. Tak lama, aku mencoba menghindari cinta bahkan tidak ingin jatuh cinta lagi sekilas aku teringat kepada catatan dibuku yang pernah aku baca. Berikut, sedikit kutipannya
Abu naufal pernah ditanya “Apakah seseorang bisa menghindari dari cinta? ” Dia menjawab “Bisa, asalkan dia seseorang yang berhati keras dan kurang ajar yang tidak memiliki keutamaan dan kepintaran. Walaupun seseorang hanya memiliki perangai dan akhlak penduduk Hijaz dan Irak yang paling rendah sekalipun tentu dia tidak bisa menghindar dari yang namanya cinta” Ali bin Abdah berkata, “Tidak mungkin seseorang bisa terlepas dari cinta, kecuali dia orang yang buruk perangainya, lemah atau kurang waras”.
Cinta adalah sesuatu yang istimewa, sesuatu yang khas dalam khazanah hidup manusia. Orang yang cerdas hanya akan mengabdi kepada hal-hal yang menjamin kebahagiaan, bukan pada sesuatu yang sementara. Ia akan memilih Allah sebagai tambatan cintanya.
Cinta sebenar-benarnya adalah cinta kepada Allah SWT. Cinta yang padanya terdapat keimanan dan kebahagiaan didunia dan akhirat. Cinta yang dapat menghindarkan kita dari adzab Allah. Cinta yang membawa sang pencinta bertemu dengan yang dicintainya kelak di surga (Sumber: buku tausiyah cinta:@tausiaku:no khalwat untuk akad)
Aku merasa tidak waras saat itu, mungkin karena kamu orang pertama? Dan benar kata orang, semakin rasa itu ditahan, akan semakin membuat kita tidak waras memang tidak ada sesi mengungkapkan, hanya berdebat dengan waktu dan prasangka. Tidak sampai disitu, aku jadi ingat kalau Allah Maha membolak-balikan hati manusia tak selamanya, pembahasanku tentangmu tak selamanya perasaan ini membelenggu dan tak selamanya aku selalu saja mengingatmu. Terkadang, sulit bagi kita untuk merelakan, melupakan, ataupun meninggalkan. Aku berpikir “apakah aku menyayangi diriku, atau lantas membiarkannya terluka dengan rasa yang tidak tertuai?”pelajaran penting untukku adalah berhenti mencintai seseorang secara berlebihan, karena itu akan membuatmu jauh dari Tuhan dan benar saja, kian-kian aku semakin tidak taat pada waktu itu, ingin memberontak kenapa isi kepalaku hanya tentangmu saja, sedangkan hatiku “hasbunallah” munafik rasanya, dimana aku seperti menduakan Tuhanku dengan cinta pemberiannya. Selanjutnya, kini aku tak lagi mengingatmu sedikitpun, tidak ada lagi manusia yang hanya bisa sekedar dikagumi. Apakah Tuhanku jahat,? Sudah menghapus rasa itu? Sepertinya tidak, hanya kita diminta untuk menjauh sebelum nantinya benar -benar jauh. (Menceritakanmu Eps. 1)
Cintai dulu penciptanya, baru kemudian ciptaannya. Seringkali, aku menemukan kutipan seperti ini sesekali tersadar bahwa sebenarnya kita tidak cukup taat. Pada akhirnya kita sama-sama jauh. Barangkali ini bagian dari rencana Tuhan, untuk membuatku tidak lagi ingin bertahan, biarkan saja rasa itu hilang. Sewajarnya saja, memang ini hanya debat soal rasa selebihnya mari berprasangka lebih baik.
Terima kasih, kalau ada koreksi & saran kamu bisa DM aku di instagram atau nomor whatsapp ku yang kamu punya. Semoga dikemudian hari, kita tidak lagi mencintai seseorang secara berlebihan dan lebih hati-hati dengan banyak rasa yang tertuai. Doa baik untukmu, juga untukku selamat mengakhiri perang
Komentar
Posting Komentar