Bab 20 : Jalan Pulang yang Berbeda
Dos yang bertuliskan "untuk anakku, (restiana) di Palu" Kembali aku terima dengan senang hati. Isinya banyak, ada kue, bahan-bahan dapur juga kebutuhan ku sehari-hari didalam tas. Aku jadi ingat, sewaktu masih sekolah di pesantren ibu selalu membekalkan ku makanan untuk stok di pondok ada juga sabun cuci, sabun mandi dan lain-lain persis seperti saat aku kuliah masih diperlakukan seperti anak SMA yang akan bersekolah di pesantren lagi.
Usiaku saat itu masih 15 tahun saat menempuh pendidikan di pesantren. Anak bungsu perempuan ini harus jauh dari kedua orang tuanya. Bapak yang waktu itu tidak mengizinkan untuk bersekolah di tempat yang sudah kaka pilih, jadi terpaksa aku dihadapi dengan banyak sekali pilihan “sekolah atau tidak? Atau lanjut di pendidikan menengah kejuruan? yang biasa disebut SMK” tapi berbeda sekali dengan mimpiku waktu SD ingin bersekolah di pesantren, karena saat aku ingin melanjutkan pendidikan di MTS bapak tidak memberi izin, jadinya aku bersekolah di SMP di kampungku.
Pulang kali ini, bukan lagi untuk bersekolah di pesantren, tapi untuk kuliah, kuliah, kuliah yang 3 tahun kemudian gelarnya akan dipertanyakan.
Bab 20 ini adalah bab yang akan banyak meneteskan air mata saat menuliskannya. Bagaimana tidak? Disini aku menceritakan semuanya saat aku memutuskan untuk sekolah di pesantren, saat bapak menangis karena rindu dan saat-saat aku mulai berani menggapai mimpi ku satu persatu. Semua ku ramu agar bisa dibaca dengan baik dan tentunya mudah dipahami, sebenarnya tidak ada yang spesial aku hanya ingin bercerita tentang perjalanan ku saat meraih mimpi. Aku hadiahkan ini untuk ujian skripsi ku nanti, untuk bapak, untuk mama, untuk orang-orang tersayang.
Komentar
Posting Komentar